Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

ASESMEN PENGUASAAN KONSEP

Penguasaan konsep dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mendefinisikan kembali suatu obyek berdasarkan karakteristiknya. Penguasaan konsep menjadi perhatian utama karena merupakan indikator bahwa siswa telah memahami dengan baik konsep yang telah diajarkan, bukan sekedar menghafal sehingga dapat digunakan siswa untuk memecahkan masalah. Penguasaan konsep juga merupakan upaya yang harus dilakukan siswa dalam mencatat dan mentransfer kembali sejumlah informasi dari suatu materi pelajaran tertentu yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah, menganalisis, menafsirkan peristiwa tertentu.  Penguasaan konsep adalah bagian dari hasil belajar tentang konsep, prinsip, dan struktur pengetahuan. Dalam mengukur hasil belajar siswa dapat menggunakan asesmen formatif.

PERFORMANCE ASSESSMENT

Dalam pedoman penilaian di sekolah menengah, dinyatakan bahwa tes kinerja adalah tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan proses penilaiannya dilakukan sejak siswa melakukan persiapan, melaksanakan tugas sampai dengan hasil akhir. Penilaian kinerja pada prinsipnya lebih di tekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi dan lain-lain. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.

TES DIAGNOSTIK MISKONSEPSI

Adanya miskonsepsi akan menghambat siswa dalam penguasaan suatu konsep yang kemudian hal inilah yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Siswa merupakan tunas harapan masa depan bangsa, kualitas siswa mencerminkan bangsa di masa depan. Dengan demikian permasalahan miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa adalah masalah serius untuk segera ditangani, mengingat dampak buruk yang ditimbulkan oleh adanya miskonsepsi. Penanganan miskonsepsi tidak dapat dilakukan secara efektif sebelum miskonsepsi tersebut diketahui secara jelas terlebih dahulu. Adanya miskonsepsi dapat diketahui melalui tes diagnosis dengan menggunakan instrumen atau alat ukur yang mampu mengidentifikasi miskonsepsi. Tes diagnosis dilakukan dengan membuat item-item tes yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan tingkat kemampuannya. Siswa berkemampuan tinggi akan menerima item-item tes yang relatif sukar dan sebaliknya untuk anak berkemampuan rendah. Tes diagnostik digunakan untuk menunjukkan letak kelemahan